Wednesday, March 13, 2024

Ramadhan Mubarak! Saatnya mengeluarkan jurus Menu Andalan untuk Sahur

Alhamdulillah. Tahun ini dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. Ini adalah Ramadhan ke-8 saya tinggal di rumah orang tua. Setiap tahun, tantangan Ramadhan yang saya hadapi berbeda. Satu yang masih sama, menu sahur. 


Waktu masih merantau dan tinggal sendiri di Bandung, saya tidak terlalu pilih-pilih dengan menu sahur. Asal cukup nasi, sayur, dan lauk, sudah. Kadang-kadang hanya makan kurma, susu, dan sereal. Pernah juga hanya minum air putih.


Berbeda kalau bersama orang tua yang sudah lansia. Banyak pertimbangan memilih menu: kondisi kesehatan saat itu, menu yang disukai, dan menu yang diinginkan atau diidamkannya. Sejak 4 atau 5 tahun lalu, Bapak sudah mencoret ikan dari daftar menu sahur. Amis dan bikin mual katanya. Mamak pun sama. Saya juga selalu bertanya setelah makan malam berbuka: "besok mau sahur apa Mak? Pak?". Pernah suatu kali Saya lupa bertanya dan masak menu sesuai selera pribadi, ujung-ujungnya tidak mau dimakan. Saya pun akhirnya harus memasak telur dadar sebagai menu gantinya.  


Kalau ditanya apa menu andalan di rumah saat sahur? jawabnya adalah sapi dan mentimun. Setiap awal bulan Ramadhan sudah menjadi kebiasaan Bapak ingin menunya kaki sapi atau tulang rusuk. Biasanya hanya saya buat sop dengan rempah dan seledri saja. Mentimunnya dibuat pecel, jadi diiiris tipis dan disirami saus kacang. 


Hari lainnya saya akan masak daging semur dengan lalap timun. Kombinasi menu paling sering adalah daging rebus cabe hijau dan timun saus kacang. Untuk memberi jeda supaya tidak makan daging setiap hari, biasanya saya bikin ayam semur, udang goreng, atau sambal goreng udang. Kadang-kadang kalau sudah mentok, bikin telur dadar. Sayurannya, kalau tidak bening gambas, ya mentimun saus kacang. 



Karena menunya berulang, saya selalu siap sedia bumbu praktis di awal Ramadhan. Biasanya ada 4 (empat) macam yang saya siapkan: bumbu semur, bumbu dasar putih, cabe giling, dan kacang tanah sangrai yang sudah diblender kasar. Rempah bumbu semur ala saya: bawang merah, bawang putih, kapulaga, pala, bunga lawang, cengkeh, lada hitam, ketumbar, serai, lengkuas, dan kemiri. Untuk bumbu dasar putih selain bawang merah dan bawang putih, saya mencampur kemiri dan serai juga.

Bumbu dasar putih dan bumbu semur

Selain mempersiapkan bumbu, saya juga mempersiapkan tulang sapi, daging sapi, ayam, dan udang. Daging pun biasanya sebagian sudah saya rebus, sebagian lagi dipotong dan dimasukkan ke dalam kontainer sesuai porsi yang akan dimasak. Sedikit repot di awal tapi sangat membantu masak cepat di kala sahur. 


Kalau saya sudah bosan masak daging dengan berbagai varian cara masak, saya keluarkan jurus pamungkas menu: Bubur Paddas. Ini adalah makanan khas suku Melayu Sambas, Kalimantan Barat. Isinya campuran sayuran hutan ditambah dengan bumbu kering (campuran beras, kelapa parut, lada hitam yang disangrai dan diblender) dan bumbu basah (tumis daun kunyit dan daun kesum yang sudah diiris tipis dan ditumbuk). Bubur Paddas ini adalah menu favorit orang tua saya. Pasti terkembang senyum keduanya kalau ada menu ini. Hanya saja untuk membuatnya cukup memakan banyak waktu dan saya biasanya sangat malas :p (hehehe). 

  



Baca selengkapnya