Thursday, April 13, 2017

Definisi Kamu

Definisi Kamu


Pagi ini ada perasaan yang menyelinap di hatiku. Perasaan yang diam - diam membuatku memandang ke luar jendela. Lalu hujan turun, membawa dan menjatuhkan semua ceritaku bersama kamu. Aku tidak pernah memahami, mengapa kita selalu bersama hujan. Saat hari aku mengetahui perasaanmu yang sesungguhnya. Saat kita bisa berlama-lama di sekolah, terlambat pulang ke rumah, karena hujan. Juga saat kau mengabaikanku, membiarkan menunggu di kursi taman, pun hujan turun saat itu. Hujan turun, menurunkan semua cerita tentang kita. Seolah – olah baru terjadi. Aku tersenyum lalu menangis lagi.

Hujan turun. Menurunkan cerita-cerita yang kusimpan di dalam awan, agar segera berpendar dan  menguap di langit. Aku salah memilih awan untuk menyembunyikannya. Karena pagi ini, hujan turun deras sekali. Menyisakan kabut dan matahari yang sama sekali tidak bisa menunjukkan kehangatannya. Saat aku merindukanmu. Saat aku menunggumu. Saat aku menyadari cintamu sudah berpaling. 

Hujan turun. Membawa kisah–kisah dingin, menusuk–nusuk tulangku dengan angin yang tiba–tiba berhembus kencang. Bukankah sudah lama. Sudah lama? Mengapa perasaan bisa seperti ini. Bagaimana aku hendak menjaganya utuh kembali. Hujan semakin deras. 

Titik hujan semakin perih kena kulitku. Bukankah hujan juga yang mengiringiku, mengirimimu surat – surat yang panjang. Mengatakan bahwa aku masih menyayangimu. Tapi, kau hanya tidak ingin kembali. Atau mungkin selama ini, perasaanmu tidak sebesar yang aku rasakan. Mungkin hanya aku yang memuja semua tentangmu. 

Hujan masih turun. Semakin deras.  

Bagaimana aku mendefinisikan kamu?
Kamu adalah hujan yang turun.
Kamu adalah luka.
Kamu adalah angin yang diam-diam menyelinap dan membuatku dingin.

Kamu kini membuatku bersyair
mengisahkan kehampaan bersama hujan pagi ini. 


#30dayswithchallenge
#30DWCJilid5
#day3
Baca selengkapnya

Kekuatan Deklarasi


Deklarasi mimpi dan target dalam hidup menjadi istilah yang sangat akrab bagi saya dalam 6 bulan terakhir. Deklarasi pertama saya lakukan karena tugas Bikin Buku Club (BBC). Selanjutnya, karena sebuah training pengembangan diri, saya terbiasa berdeklarasi untuk target jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, bulanan, mingguan bahkan target harian. Baru saja saya mendeklarasikan akan menulis setiap hari selama 30 hari di program 30 Days Writing Challenge. 

Ada beberapa pengalaman saya dan kawan - kawan tentang kekuatan deklarasi. Salah satunya saat kami akan melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Seminggu sebelum hari H, dana yang kami punya baru 50% dari dana yang dibutuhkan. Masing - masing dari kami lalu berdeklarasi, akan mendapatkan uang sejumlah satu juta setiap orang, baik dari donasi maupun dari sponsor. H - 2, kami berhasil mengumpulkan uang hingga 100%, bahkan melebihi dari yang dibutuhkan. The power of declaration, begitu kami menyebutnya. 

Setelah membiasakan diri berdeklarasi selama hampir enam bulan terakhir, saya merasakan bahwa ini adalah cara yang efektif dalam mencapai tujuan hidup.Setidaknya ada 4 (empat) kekuatan deklarasi yang saya rasakan:

Fokus pada Pencapaian Target yang Dideklarasikan
Deklarasi membuat saya sadar dan mampu melihat jelas pada hal yang ingin diraih. Sehingga tindakan yang saya lakukan hanya fokus untuk mewujudkannya. Ketika menghadapi rintangan atau hambatan, saya fokus pada solusi, mencari cara apapun, agar tetap dapat sampai pada tujuan.

Saya jadi teringat cerita Haruki Murakami dalam bukunya What I Talk About When I Talk About Running, bahwa tujuannya ikut maraton adalah untuk berlari, maka sepayah dan selelah apapun ototnya, ia tidak akan pernah berjalan.

Energi Bertahan
Perjalanan mencapai mimpi dan tujuan hidup pasti dihadapkan dengan berbagai rintangan. Baik itu dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Seringkali saya merasakan sangat lelah dan tidak ingin melakukan apapun. Pada saat seperti ini, mengingat kembali deklarasi dan komitmen untuk mewujudkannya, menjadi energi buat saya bertahan dan bergerak kembali mencapai tujuan.  

Satu kali sepulangnya dari latihan beban, saya merasa ingin makan bihun goreng atau capcay kuah di dekat rumah. Tapi karena minggu itu saya sudah mendeklarasikan bahwa tidak akan makan apapun setelah pukul 7 malam, maka saya bertahan. Sebagai gantinya, saya minum seliter air mineral. Ini terjadi selama beberapa minggu. Dan akhirnya saya berhasil menurunkan berat badan.

Sikap Optimis dan Percaya Diri
Kekuatan berikutnya, deklarasi dapat mendorong sikap optimis dan percaya diri. Sikap yang paling penting untuk mencapai tujuan. Seringkali orang lain lebih percaya bahwa saya mampu. Padahal kadang–kadang, saat mendeklarasikan sesuatu, saya merasa bahwa target itu hampir mustahil untuk diwujudkan. Disinilah pentingnya peran orang lain, untuk mendorong sikap optimis dan berfikiran positif terhadap diri sendiri.

Pengingat
Deklarasi adalah mimpi yang digemakan. Ketika saya mendeklarasikan impian dan target hidup saya pada orang lain, mereka biasanya menanyakan hasil deklarasi itu. 

Saya mendeklarasikan impian menulis buku pada hampir semua rekan kerja saya di kantor. Selang beberapa minggu, teman-teman saya mulai bertanya. 

“Mana nih, bukunya?” atau “Bukunya sudah jadi?” 

Ketika saya kehilangan arah dan semangat, pertanyaan–pertanyaan itu menjadi pengingat sekaligus penyemangat. 

Deklarasi pun bisa dipandang sebagai do'a. Juga keinginan didoakan dari orang - orang di sekitar kita. Beberapa orang menyebutnya sebagai Law of Attraction, mendapat dukungan dari semesta. Bagi saya, deklarasi adalah sumber energi untuk konsisten, komit dan fokus pada pencapaian tujuan dan mimpi kehidupan.

#30DWCJilid5
#Day2
#30DaysWritingChallenge

Baca selengkapnya

Tuesday, April 11, 2017

Di Tengah Perjalanan

Di Tengah Perjalanan

Hujan di ibukota. Aku baru saja keluar dari sebuah kantor, menyelesaikan pekerjaan. Saatnya kembali ke Bandung. Matahari sudah terbenam ketika aku hendak pulang. Hujan turun deras. Beberapa ruas jalan raya tergenang air.
Kendaraan berbondong - bondong keluar dari Jakarta. Menembus genangan yang semakin meninggi di jalan raya. Suara klakson bersahut - sahutan. Amarah dan rutukan berpadu dengan deras hujan.
Aku, berada di antaranya. Duduk, tepekur melihat rumitnya kehidupan. Kendaraan yang melintang tak berarah, motor - motor dan pengemudinya yang memenuhi persimpangan. Sebagian berteduh dari hujan, sebagian lagi tak peduli dengan terjangan deras hujan dan genangan. Mungkin sudah terlanjur basah.
Aku masih duduk di belakang supir. Lelah melihat carut marut kota, aku kembali membaca teks dari berbagai ruang chat. Mencoba menulis, sesuatu yang berguna. Belajar tak menghakimi tulisan sendiri, sebelum menyelesaikan. Belajar mencari celah diantara kesibukan. Belajar memenuhi janji pada diri sendiri. Terseok - seok memenuhi tuntutan diri. Aku sudah deklarasi, akan menyelesaikan satu tulisan hari ini.
Sisi gelapku mengatakan mustahil menyelesaikan tulisan, sisi terangku mengajakku berjuang. Sempat muncul tanya, mengapa aku menempuh hidup yang seperti ini. Merepotkan diri sendiri. Sebentar mengurus pekerjaan,  kepanitiaan, dan mengurus mimpi - mimpi yang sempat diabaikan. Ingin semuanya selesai, dan aku menang.
Tapi aku telah menyatakan. Bahwa ada tujuan yang hendak aku raih. Ada perang yang hendak aku menangkan. Ada cerita yang ingin aku rangkai. Dalam susah payah dan suka cita kehidupan. Ada harga yang mau aku bayar, demi sebuah kehidupan yang berharga dan bahagia. Dan karenanya aku akan melakukan sekuatnya, sebaik - baiknya. Just do it, whatever it takes. 
#30DWC
#30DWCJilid5
#Day1
Baca selengkapnya

Thursday, October 6, 2016

Cerita dari Sepotong Martabak

Martabak Monkey: Coklat Keju

Malam ini ketika lembur, percakapan dengan teman sekubikel di kantor:

 I: buti, pesen martabak lah.
Me: oh mau martabak? Aku udah pesen sih tadi satu? Mau pesen lagi?
I: iya, kayaknya kurang kalo 1. Satu lagi aja lah ya, nanti bayarnya dari uang kantor aja.
Lalu terpesanlah satu Martabak Monkey rasa green tea keju .

Ini adalah kali kedua saya pesan martabak delivery berlogo monyet bertopi ini. Kebanyakan yang sudah merasa martabak ini pasti ketagihan, dan komennya sama: enak dan enak banget. Dan semacam dibiasakan kalau lembur pesannya martabak Monkey. 

Pertanyaan mereka setelah makan sepotong martabak ini sama, 'ih enak, ini dimana belinya? Kok kamu tau sih?'. Dan jawaban saya: ini martabak delivery, di ig ada tuh iklannya. Ini martabak punya temenku. Saat mengatakan kalimat terakhir, ada rasa bangga memenuhi dada saya. Bangga kaŗna punya teman kece pemilik martabak. Bangga karena semua orang suka dengan martabak ini. Oh, my favorite menu Pandan Keju Susu! Bangga, karena teman saya bikin martabak enak.  Dan malam ini, saya mendengar komen yang tidak hanya bikin bangga, tapi juga membahagiakan dan pastinya sangat berharga. Seorang kawan berkomentar ketika mencicip sepotong ah 2 potong martabak yang berbeda. "Wah ini enak. Ini teman kuliah mu yang punya? Enak nih, bahannya ga sembarangan pilih dan banyak pula, jadi kerasa banget enaknya", ujarnya sambil mengambil sepotong martabak (lagi).

"Bukan, Dia teman saya di Siaware, orangnya keren!", jawab saya pada rekan kantor. 

Percakapan singkat saat sesi makan - makan martabak tadi membuat saya berpikir. Saya bangga dengan teman saya, bangga bisa mengenal dan mengetahui perjalanan hidupnya, bangga dengan pencapaiannya, bangga dengan mimpi - mimpinya didepan. Dan ingin menjalani hidup sekuat yang dia jalani. Ah, energi positif dari teman - teman yang kece itu memang menular. Inspiratif, simpulan saya hari ini. Dan saya lagi - lagi bertanya pada diri sendiri, sudahkah saya menjalani hidup dengan energi positif yang menulari sekitar saya? Membuat orang lain bangga berteman dengan saya, atau hanya mengenal saya. 

Di dunia ini, ada orang - orang yang punya energi begitu. Dan karena saya masih orang :D, insya Allah saya pun bisa. Diingat dengan energi positif yang menular, menyebarluaskan kebahagiaan dan kebaikan dan menginspirasi orang lain untuk berlaku sama. 

Ah, siapa kira, memakan martabak bisa bikin saya merenung sedalam ini. 

Salam hangat dari tiech yang bahagia 
 

Baca selengkapnya