Wednesday, February 14, 2024

Caregiver dan Dosen, Dua Peranku di Masa Kini

 “It is the ultimate luxury to combine passion and contribution. It’s also a very clear path to happiness.” – Sheryl Sanberg


Kutipan ini menjadi salah satu penyemangat dan penguat saya saat merasa kewalahan menghadapi banyak hal dalam hidup. Setelah merantau belasan tahun di Bandung, 7 tahun lalu saya menguatkan keputusan untuk kembali ke kampung halaman. Alasannya sederhana, mengabdi kepada kedua orang tua yang kondisi  kesehatannya semakin memburuk dan membutuhkan perhatian khusus. Begitu saya kembali, saya menjadi caregiver kedua orang tua sekaligus menjadi dosen PNS di Politeknik Negeri Sambas.


Tahun ini adalah tahun ke-8 saya merawat kedua orang tua saya. Pekerjaan berbayar surga, namun ‘terpeleset’ sedikit bisa membawa ke neraka. Awalnya saya yakin bisa menjalankan tugas birrul walidain ini dengan baik, namun dalam perjalanannya, Masya Allah sungguh banyak tantangannya. Semakin lanjut usia Mamak dan Bapak saya, semakin berbeda keduanya secara fisik maupun mental. Bahkan kini, kadang saya merasa siang menjadi malam, malam menjadi siang. Mamak tidak nyenyak tidur di malam hari, jadi saya kerap terjaga hingga pukul 01.00 dini hari, lalu terbangun lagi pukul 03.00. Kadang membantunya ke kamar mandi, menggaruk badannya, menyiapkan makannya, atau memijat punggungnya kalau tiba-tiba beliau merasa sesak.  Sejujurnya ini tidak mudah. Setiap pagi saya memikirkan menu, mempertimbangkan kesukaan Mamak, kondisi perut dan kesehatannya di hari itu, juga mempertimbangkan kesukaan Bapak. Semakin lansia, selain perut yang sensitif, keduanya juga jadi picky eater, seleranya pun berbeda. Kadang saya merasa seperti sedang mengurus new-born. Ada kalanya saya lelah sekali atau dalam kondisi sakit namun tetap harus 'sehat' karena tidak ada yang bisa membantu sayaHanya ada saya, Mamak, dan Bapak di rumah ini. Kalau sudah begitu, biasanya saat menyuapi makan, memijat, atau melakukan apa pun untuk Mamak, saya melakukannya sambil menangis


Biasanya orang memuji saya ketika melihat saya mengurus kedua orang tua. Sebenarnya, saya malu dipuji dan dianggap anak berbakti, padahal masih banyak kurangnya diri kala mengurus keduanya. Doakan saja saya, diberikan kesabaran, dimudahkan semua urusan. Saya masih belajar mengatur peran, di rumah dan di kampus. Saya sedang berusaha mengatur emosi, supaya emosi di tempat kerja tidak terbawa ke rumah dan berakhiran saya membentak kedua orang tua.


Sungguh menjadi dosen dan caregiver di saat yang sama sempat membuat saya mengalami gejala depresi tiga tahun silam. Saya hanya membayangkan mengajar seperti dosen saya dulu saat S1, namun ternyata tuntutan pendidikan tinggi vokasi sungguh berbeda dari universitas ataupun institut. Banyak hal yang harus saya pelajari, banyak pula tuntutan administrasi, belum lagi karakter mahasiswa yang sangat menantang untuk dihadapi. Kadang-kadang, saya tidak sengaja menyerap energi negatif mahasiswa dan membawanya hingga ke rumah. Pernah juga kewajiban saya sebagai dosen bertabrakan dengan tanggung jawab saya sebagai caregiver. Dulu, pernah dua hari sebelum presentasi laporan aktualisasi dalam latsar CPNS, Mamak dirawat. Saya bilang ke Mamak, “Sembuh ya, Mak. Tiha belum menyelesaikan laporan untuk latsar. Mamak ingin anak Mamak jadi PNS kan?”. Sehari sebelum pengumpulan laporan, saya lembur di kantor sampai tengah malam. Ternyata di rumah, lisan Mamak tak henti berdoa untuk saya. Bahkan ketika saya tiba di rumah dan sudah berlutut di depannya, beliau masih terpejam sambil berdoa, "Ya Allah lancarkanlah pekerjaan anakku, selamatkanlah dia." Saya menangis lalu memeluk beliau. "Alhamdulillah, anakku datang," serunya. Tahu apa yang terjadi pada hari terakhir latsar alias pelantikan? Saya menjadi peserta dengan nilai tertinggi di angkatan saya, menjadikan saya peserta terbaik di kelompok latsar CPNS. 


Setelah kejadian itu, saya merenung. Saya punya kedua orang tua yang selalu mendoakan, mendukung, dan bangga atas semua pencapaian saya. Bahkan ketika mahasiswa saya mendapat prestasi nasional dan internasional, Mamak dan Bapak saya turut berbangga dan bahagia. Saya punya Mamak, yang tak henti mendoakan saya meskipun kini kepikunan mulai mendatanginya. Saya punya tiket surga, saya hanya perlu menjalani peran ini sebaik-baiknya meski kesulitan kadang menghadang. Tapi, saya percaya bahwa setiap kesulitan disertai dengan kemudahan. Saya juga yakin bahwa Allah memberikan saya jalan yang pasti sanggup saya lalui. Saya meyakini bahwa kemampuan menjalankan tugas sebagai dosen dan menapaki karir yang baik hingga kini adalah karena semua doa dan harapan orang tua saya yang mencapai langit. Kini, meski berjibaku dengan dua peran yang cukup menyita emosi diri, saya berusaha menyeimbangkan keduanya. Agar orang tua saya tidak merasa ditinggalkan dan pekerjaan saya tetap dapat diselesaikan. Tidak mudah, namun begitulah kehidupan. 


Semangat untuk semua perempuan. Apa pun peranmu dan dimana pun kamu berada. 

#tantanganMaGaTa


 

Bagikan

Jangan lewatkan

Caregiver dan Dosen, Dua Peranku di Masa Kini
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.