Monday, September 11, 2017
Friday, August 4, 2017
Aku dan Menulis
Tantangan menulis 30 hari sudah masuk hari terakhir. Aku merasa kali ini tulisanku berbeda. Hampir sedikit sekali aku menulis fiksi. Memang aku punya target sendiri kali ini. Memulai sebuah tulisan tentang #myFabulous30, namun dalam perjalanannya lebih banyak cerita dan refleksi kehidupanku sehari-hari. Pada 30DWCJilid7 kali ini, walaupun masih sering mengirimkan tulisan mendekati deadline, namun aku tak kesulitan mendapatkan ide. Bahkan seringkali banyak hal yang ingin kusampaikan. Kalau diperhatikan, tulisanku dalam 30 hari terakhir lumayan panjang. Bukan karena aku punya waktu lebih banyak dari biasa. Namun, ada banyak hal di kepala yang segera ingin dialirkan dalam kata-kata. Aku bisa mengetik lebih cepat. Seperti saat ini.
Aku menulis, karena terlalu banyak yang ingin aku ceritakan pada dunia tentang apa yang aku lihat, dengar, dan rasa. -Nur Astri Fatihah
Renungan dari Api
Saya lalu merenungkan. Betapa makanan yang tersaji di meja adalah hasil keringat banyak orang. Ia tidak hadir dan turun begitu saja. Ada banyak perjuangan menyertainya. Saya yang menyiapkan dan menghaluskan bumbu, lalu memasaknya. Bapak menyiapkan kayu bakar. Ada pula orang-orang yang menanam semua bumbu dan bahan makanan. Semua bahan itu akhirnya bisa dibeli dari hasil bekerja kedua orang tua saya. Semua hadir dari usaha dan butuh waktu tidak sebentar. Namun perkara memakannya, tidak lebih dari lima belas menit, makanan ini bisa ludes begitu saja.
Kadang saya kesal. Sudah lama memasak. Menghabisinya sebentar saja. Bahkan kadang, saya sendiri tidak sempat makan makanan buatan sendiri. Keburu habis. Risiko, punya ramai anggota keluarga. Namun kekesalan dan kelelahan itu seringnya terbayar. Jika semua orang senang dan menikmati masakan saya. Saat seperti ini saya tak henti mengagumi ibu saya. Untungnya waktu kecil saya bukanlah picky eater.
Bagaimana dengan Anda, sudahkah mensyukuri nikmat hari ini?
Tungku di Rumah |
Thursday, August 3, 2017
Sajak Luka
agar aku bisa membawamu
pada jalan menuju surga?
cinta yang kini bercampur luka
mengalirkan amarah dan benci antara kita
tak cukupkah kata-kata
penawar duka dariku dahulu kala
tak bisakah kau ingat
musim dimana badai datang
dan kita terjebak dalam pusaran
sementara masih belum tampak
akhir dari semuanya
mengapa kini kalimatku membakar hatimu?
menjadi duri yang menyakitkanmu?
tak adakah lagi
embun yang menyejukkan dadamu?
tak adakah lagi
air hujan yang bertabur di dasar jiwamu?
tak adakah lagi
kristal yang mengkilat dari matamu?
bisakah kita menyudahi ini?
amarah yang melukai?
oh, mengapa terasa sakit di kepala?
amarahmu berganti duri
yang terus menusuk seluruh diri
pelan-pelan ku mengusap pelupuk mata
mengganti mendung yang bergelayut di muka
menjadi senyum mencerahkan suasana
biarlah.
biarlah aku mengalah.
biarlah kini kupilinkan pada langit
untuk menurunkan sekeping salju
pada hatimu yang menyimpan bara api
untuk meneduhkan hatiku
yang terasa bagai disinari terik mentari
biarlah kau dan aku menyepi
sibuk dalam perjalanan
menuju rute kedamaian
#Day29
#30DWCJilid7
#Squad8
Tuesday, August 1, 2017
Nanti
Monday, July 31, 2017
Kipas Angin
Ini membuatku bertanya-tanya. Apakah memang suhu bumi semakin meningkat? Karena menurut sebuah artikel, dibandingkan dengan kondisi tahun 1961 hingga tahun 1990, suhu bumi secara global pada tahun 2016 naik sebesar 0,84 derajat celcius. Angka yang sepertinya sangat kecil ini bermakna besarloh bagi kehidupan di bumi ini. Apa ini juga yang mempengaruhi suhu di sekitar rumahku?
Kulihat sekitar rumahku kini, perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun. Dulu, kiri kanan, dan belakang rumah kami adalah semak belukar dan hutan. Halaman rumah pun dipenuhi aneka bunga dan pepohonan. Pohon jambu, kelapa, nangka, belimbing ciremai, petai cina, bunga kenanga, dan masih banyak jenis tanaman hias lainnya. Mungkin ini yang menyebabkan masih ada angin sejuk yang masuk ke rumah. Walaupun risikonya, rumah kami cukup akrab dengan ular dan aneka hewan lain seperti ulat bulu, kaki seribu, lipan, dan serangga yang aku sendiri tidak tahu namanya. Kini semua sudah berganti dengan halaman yang disemen, dan tanaman hias yang tumbuh di pot-pot. Pepohonan kini berganti dengan bangunan warung dan garasi. Untungnya, bagian dapur masih banyak pepohonan. Boleh dikatakan itulah bagian rumah yang paling sejuk dan tidak butuh kipas angin saat ini. Aku selalu betah duduk di teras yang ada di belakang rumah. Sambil menikmati pepohonan dan angin sepoi-sepoi di kala mentari sedang menyengat.
Kipas angin yang sedang berputar di depanku kini membuatku sadar. Bahwa dunia benar-benar panas, hingga membutuhkan bantuan angin dari kipas ini. Kalau saja sekeliling rumahku bisa kembali rindang seperti dulu, tentu lah kami tidak usah repot berkipas ria. Cukup mengandalkan kesejukan yang dibawa pepohonan. Tidak perlu pusing dengan harga listrik semakin meningkat, sementara kebutuhan penggunaan kipas angin dan AC juga semakin meningkat.
#day26
#30DWCJilid7
#Squad8
Referensi:
http://nusantaranews.co/makin-panas-suhu-bumi-naik-11-derajat-celcius/
Discover Myself (again)
#30DWCJilid7
#Squad8
![]() |
Sumber : Pinterestt |
Saturday, July 29, 2017
Menghemat Air ala Mama
Friday, July 28, 2017
Januari
Hujan masih milik Januari
Seperti rindu yang masih milikmu
Mengapa waktu tak menyembuhkan
Mengapa rela menjadi mahal bagi hati?
Hari-hari yang kau tinggalkan
Telah menjelma menjadi malam bagiku
Kemanakah perginya gemintang?
Yang biasa menyelimuti malam?
Apakah awan kesedihan, menutupi indahnya hitam?
Embun yang menetes di pucuk daun
Menjadi milik pagi
Yang masih kunanti
Ingin kubasuh luka dengan air mata
atau baiknya kusembunyikan saja
pada titik-titik hujan
yang menderas
di bulan Januari itu?
#Day23
#30DWCJIlid7
#Squad8
Thursday, July 27, 2017
Warna-warni Hari Ini
Wednesday, July 26, 2017
5 Hal yang Saya Pelajari dari Anak-anak
![]() |
Waktu Bermain |
Aku Rindu!
Malam tadi kukirim pesan pada beberapa kawan. Mengatakan bahwa aku rindu. Kubuka folder berisikan foto-fotoku bersama mereka. Lalu menyadari, betapa aku telah berkenalan dengan banyak orang beberapa tahun terakhir ini. Betapa sudah banyak hal-hal baru yang kulakukan bersama mereka. Orang-orang istimewa yang telah membersamai perjalanan kehidupanku. Mengisi momen-momen yang kini kusadari sebagai momen sangat berharga. Yang memberikanku banyak pembelajaran kehidupan.
Lalu rinduku menjalar pada hal lainnya. Aku tiba-tiba merindukan masa-masa sekolah di magister Perencanaan Wilayah dan Kota, masa-masa studio, masa-masa training, persiapan community service, kepanitiaan training, menjadi relawan, bahkan sekedar bertemu dan membincangkan kehidupan bersama mereka. Walaupun sebenarnya, ada banyak hal menyakitkan dan tidak menyenangkan yang kualami selama masa - masa itu. Akan tetapi, kusadari, semua ketidaknyamanan itu telah membentuk aku, dan memberikan hasil yang memang kuharapkan. Semua perjalanan dengan ketidaknyamanan itu disertai Allah dengan segenap kegembiraan. Kegembiraan berkenalan dengan banyak orang, dapat membantu banyak orang, juga menemukan kembali mimpi dan tujuan hidup yang sempat terkubur takut. Dari masa-masa suram itu pula, membawaku pada perjalanan spiritual yang tak sudi kutukarkan pada apapun. Perjalananku menemukan Allah, bertahan hanya berharap kepadaNya, dan menemukan ketenangan yang selama ini aku cari.
Kini aku sudah tinggal berjauhan dengan kawan-kawanku ini. Kali ini terasa sangat jauh. Karena aku sudah kembali ke rumah orang tua. Tak lagi satu tanah dan satu pulau dengan kebanyakan dari mereka. Meski kini teknologi dapat mendekatkan, namun bagiku rasanya tak lagi sama. Aku tak bisa tiba-tiba mengatur janji, dan mengajak mereka bertemu. Semua mesti diatur jauh-jauh hari. Kini pun aku kembali, pada tempat kelahiran. Tempat lama namun terasa baru.
Kawan-kawan istimewaku dan momen berharga bersama mereka sudah berlalu. Meninggalkan jejak pada wishlist yang kini berubah menjadi 'done list' di buku catatanku. Kini aku siap melangkah lagi. Di tempat ini. Tanah dimana aku menuliskan cita-citaku. Dan di sini pula akan kuwujudkan mimpi-mimpi itu. Berbekal doa, ridho Alah, dan pembelajaran yang kudapat bersama kalian, hai teman.
Dan hai kalian, aku Rindu!
#myFabulous30
#Day20
#30DWCJilid7
#Squad8
![]() |
Precious Moment with Friends |
Monday, July 24, 2017
Ingin kutuliskan
Ingin kutulis syair sedih malam ini
tentang sedih yang jadi tanya
tentang bahagia yang dianggap istimewa
Ingin kutuliskan malam ini
Kata dan sajak berjatuhan
Bersama air mata yang tak henti berlinangan
Ingin kutuliskan malam ini
Betapa sebuah tanya tentang bahagia
mengiris-iris rasa dalam dada
mengapa perlu bahagia?
Ah sulit sekali
merangkai kata, meramu aksara
untuk menjawab segala tanya
dalam tarian jemari
coba kupahat segala rasa
menjadikannya hangat saat dibaca
Ingin kutulis malam ini
adalah pilu yang ingin kusampaikan
dari masa lalu yang telah kulupakan
Ingin kutuliskan
Betapa kuingin
bersembunyi pada hujan
yang membawa angin
sembari menyisir pepohonan
membalut pandangan dalam kabut
Ingin kutuliskan.
#Day19
#30DWCJilid7
#Squad8
Tentangmu, di Toko Roti
Kerinduan...kenangan tentangmu tiba-tiba berkelebat
tak akan menghilang
kan selalu kurasa
tak mampu ku menghindar...
-Sheila Majid, Kerinduan
ketika aku menjalani trotoar di jalan Braga ini
Hari itu kita berjalan kaki
dari sebuah hotel tua di jalan Asia Afrika
lalu kau bilang, "Di sini ada toko roti legendaris"
salah satu yang enak di Kota Bandung ini
Harum roti bercampur aroma perabotan tua begitu terasa ketika aku memasuki toko itu
kau tahu, tempat mereka memajang kue sudah tak lagi di tempat yang sama
Aku kini duduk di salah satu sudutnya
segelas teh tawar hangat menemani
baru saja diantar seorang yang cukup renta
tapi sangat hangat senyumannya
Toko roti ini bukan yang pertama
ada berapa banyak lagi
tempat legendaris di kota
yang kau kenalkan padaku
barisan pepohonan di Jalan Cipaganti
juga kursi di sudut sebuah kedai cheesecake
mencatat dengan baik derai tawa dan airmata
yang terekam dalam kisah kita
embun di sudut mataku menetes ke dalam gelas
ku berharap ia tak berubah
menjadi jeram yang berarus deras
mengalirkan rindu yang kini ingin lekas kusembunyikan
dalam sepotong roti kadet dan cangkir teh ini
Tapi arus rindu ini terlalu kuat
teh ini mengingatkanku padamu
pelukan hangat yang kau berikan
di saat-saat terburuk
dalam hidupku
Seandainya kau mau duduk di sini
aku ingin menunggumu, di toko roti ini
bercerita kita tentang cita-cita
berkisah kita tentang cinta
Tapi, pendar cahaya dari mentari senja
membawaku kembali pada hari itu
hari terakhir kita berjumpa
sambil menahan air mataku
kau tahu betapa aku rindu
ingin memelukmu
namun kau yang didepanku
hanyalah jasad kaku
dan kau yang di depanku kini
#30DWCJilid7
#Squad8
Saturday, July 22, 2017
Rahasia Bahagia
Dari sebuah training dan sebuah terapi, saya menyadari bahwa bahagia adalah pilihan. Loh kok gitu? Perasaan kan tidak selalu bisa kita kendalikan? Bagaimana mungkin memilih perasaan bahagia? Perasaan memang tidak selalu bisa dikendalikan. Namun kita bisa memilih cara pandang, sikap dan tindakan kita pada sesuatu hal. Yang mana itu semua akan mempengaruhi perasaan kita. Coba lihat gambar di bawah ini.
![]() |
Sumber Gambar: Pinterest |
Saat saya merasa bahwa saya harusnya punya tujuan dalam hidup, saya pun tidak 100% bertindak menemukan tujuan itu. Malah menghakimi dan membenci diri sendiri. Padahal, saya punya pilihan. Menghargai hal-hal yang saya miliki, mau mensyukuri apapun yang sudah Allah berikan. Seperti gambar di atas. Atas terjadinya sesuatu atau kondisi yang tak menyenangkan yang saya alami saya bisa memilih sikap. Untuk menyesal, terus menangisinya, lalu semakin lama membenci diri. Atau justru melihatnya dari sisi lain. Bahwa hal tak menyenangkan terjadi sebagai pembelajaran. Bisa jadi ada berkah tersembunyi di baliknya.
Ah, saya jadi teringat sebuah hadist:
“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya (HR Muslim)"
#30DWCJilid7
#Day17
#Squad8
Friday, July 21, 2017
Perjalanan Menuju Senja
saat mentari masih sedang berhias
sebelum keluar bersemu merah
sudah lama rasanya
namun aku tak tahu
masih jauhkah Senja?
di manakah aku berada?
Sang Surya semakin garang
seperti memendam gusar
dalam terik sinarnya
Kudekap erat bekalku
masih kulangkahkan kaki
bersama peluh yang jatuh
tapi tak sempat menjejak pasir
terbawa angin di gurun ini
ini jalan paling melelahkan
rasanya tulangku sudah tak sanggup
menopang seluruh beban di tubuh
ingin rasanya ku biarkan ia runtuh
rasanya kakiku melepuh
menapak di jalan penuh bara api ini
pun tak kuasa aku berlari menjauh
hanya akan membuat
luka yang menganga terlalu lama
adakah yang ingin segera membawaku pergi?
secepatnya melewati jalan memedihkan ini?
kulihat sekeliling jalanku
sama saja sepertiku
berjalan dengan tubuh lusuh
dengan kaki tanpa alas dan penuh luka
aku tersungkur
menatap langit
yang sedang berhias terik matahari
padaNya ku berseru lirih
Duhai yang Maha Mencipta
bisakah Engkau singkirkan semua pedih ini
ku pinta padaMu
Wahai yang Maha Mengasihi
ku ingin jalan bertabur bunga
seharum melati
bukan jalan ini
tak henti ku hembuskan doa-doa bersama angin
sembari berjalan tertatih menahan luka
hanya kemudian aku terdiam
melihat darah jatuh berguguran
dari luka tubuhku
membawa semua kebusukan
yang telah kusimpan dalam-dalam
Tuhan, biarkan aku
sampai pada Senja
membawa kebaikan saja
di seluruh tubuhku.
#Day16
#30DWCJilid7
#Squad8
Thursday, July 20, 2017
Just Give up!
"Sebentar lagi, satu hari lagi.""Lihat nanti apa yang akan terjadi, jika kamu tidak menyerah. Nothing to lose, here.""Mau sampai kapan begini? Kalau tidak tuntas sekarang, kapan lagi?""Aku sudah melewati banyak hal dan melewatkan puluhan hari untuk berjuang. Hanya untuk menyerah di hari-hari terakhir?""Yes you can. Yes you will, Ti. Remember, why are you here, in this team?"
#Day15
#30DWCJilid5
#sQUAD8
Wednesday, July 19, 2017
Be Loving and Caring Person, hey Me!
Mari kita membuka hati
agar jujur saja
turuti kata nurani
Mari....
kita membuka hati
agar jujur saja
tak mungkin hadapi hidup....
tanpa cinta
- Sheila Majid-Jujur
#MyFabulous30
#Day14
#30DWCJilid7
#Squad8
Tuesday, July 18, 2017
Discover Yourself
Writing is Sharing
Aku membiarkannya menyepi dan menyendiri, mendekat pada Ilahi. Kurasakan ia fokus pada suatu hal, dan mengabaikan penyebab kesedihan itu datang. Suatu hari ia berbagi, betapa bahagianya ia hari itu. Begitu banyak agenda di hari-hari ke depannya. Ia merasa semakin bersemangat. Dan berhasil menyelesaikan banyak hal dalam satu minggu terakhir. Aku seperti melihatnya menyeruak. Berhasil melawan diri sendiri, lalu menyeruak dari kolam kesedihannya. Ia hanya sekedar berbagi, karena ia tak tahu harus menyalurkan kebahagiaan itu pada siapa lagi. Tapi mungkin tak ia sadari, ia telah ikut menginspirasiku, menularkan semangatnya padaku.
Aku menyadari, berbagi kisah melalui tulisan bukan sekedar melepaskan perasaan sedih atau bahagia tak terkira. Tapi kita tak akan pernah tahu, seperti apa dampaknya bagi orang lain. Kalau ada yang mendapatkan manfaat, bukankah sudah dicatatkan kebaikan bagi kita. Kalau pun tidak, adakah ruginya menulis?
#30DWCJilid7
#Squad8
Sunday, July 16, 2017
Senjamu
menjamah perih yang tersisa dari cerita yang lalu
Duhai wanita yang amat kusayangi
bagaimana engkau hidup selepas petaka
datang memecah masa kecilmu yang bahagia?
Kini...di senjamu....
cerita masa lalu seakan baru terjadi tadi pagi
dan aku selalu siap menjadi labuhan
kisah berulang yang kau nyanyikan
Kau selalu bilang padaku
tak perlulah aku menemani mu di senja ini
tak kuhalangi hidupmu
pergilah, kemana pun yang ingin kau tuju
aku selalu setuju
Selama di sana kau temukan bahagiamu
Duhai yang tak pernah berhenti
menyebut namaku dalam doanya
Mengapa aku harus mencari bahagia
Di tanah orang-orang asing
Bila bahagia dunia akhiratku
Ada di bawah telapak kakimu
Aku ingin bersamamu
memilin harapan dalam doa
menyeka lelah masa lalu
yang menggelayut di matamu
Bunda, ini pilihanku
menjadi tempatmu bersandar
menjadi tangan dan kaki yang menuntunmu berjalan
menjadi tempat kau mengaduh lukamu
memeluk lirihan kalbumu
menjalin serabut suka dan duka
di senjamu
Saturday, July 15, 2017
Telegram diblokir?
"Di Telegram, kami cek ada 17 ribu halaman mengandung terorisme, radikalisme, membuat bom, dan lainnya, semua ada. Jadi harus diblok, karena kita anti-radikalisme," kata menteri yang akrab disapa Chief RA itu, Jumat (14/7/2017). (Sumber: detik.com)
Friday, July 14, 2017
Apa yang Saya Pelajari Saat Kembali ke Rumah
Berada kembali di rumah yang sudah saya tinggali sejak lahir, membuat saya semakin sering mengalami kilas balik. Seakan kembali pada masa saya masih bersekolah. Apalagi di rumah ini, masih banyak barang-barang dan furnitur rumah yang sudah ada sejak masa kanak-kanak saya. Kursi, meja, sofa, lemari pakaian, pakaian, komputer, radio, bahkan tape recorder. Bentuk rumah pun tidak banyak berubah. Yang berbeda penghuni rumah bertambah, dan kedua orang tua saya yang semakin sepuh. Berkurang pendengaran, penglihatan, dan tentu staminanya.
Melihat banyak sudut dalam rumah juga kondisi sekitar rumah yang sudah tak serapi dulu, membuat saya sedih. Belum lagi barang-barang yang sebenarnya sudah tak berfungsi lagi, pakaian masa kecil saya, pakaian kedua orang tua saya semasa masih bekerja, menumpuk dimana-mana. Sementara barang-barang baru tetap dibeli. Kondisi rumah ini terlihat semakin tidak terurus.
Padahal dulu, Mama adalah orang paling cerewet soal kebersihan rumah. Sebulir nasi jatuh dan terinjak di lantai kayu rumah kami, Mama bisa mengomel sepanjang hari. Bahkan bisa diungkit-ungkit besok, lusa, bahkan bertahun kemudian. Kamar mandi disikat setiap hari, gayung selalu bersih, kompor, meja makan, dan seisi dapur pun sama. Kini, beliau bahkan tidak bisa berbuat banyak bila ada banyak bulir-bulir nasi bertaburan di lantai, yang terinjak, mengering, dan membuat lantai tampak kotor dan tidak nyaman dijalani.
Semakin lama berada di rumah, entah mengapa semakin sering pula kilas balik masa kecil itu terjadi. Hari ini saya banyak teringat akan Uan (Nenek). Uan sesekali datang berkunjung ke rumah kami. Menginap untuk jangka waktu yang lama, biasanya sampai sebulan. Bila sedang di rumah, nenek saya selalu sibuk membersihkan rumah kami. Mulai dari ruang depan sampai dapur, mulai dari teras sampai halaman belakang. Semua lemari dan sudut rumah ini tidak ada yang terlewatkan olehnya. Ia akan mulai berbenah pagi sekali, berbekal sapu lidi di tangan.
Uan selalu menyapu seluruh ruangan dengan tuntas, sampai ke bawah meja, lemari, bahkan sudut-sudut yang menurut saya kala itu, sulit dijangkau. Tempat-tempat yang memang berdebu tebal. Karena dulu saya jika menyapu lantai hanya menyapu bagian yang terlihat saja. Sambil sibuk mengumpulkan debu-debu dan sampah, Uan bisa sambil mengomeli saya. “Tuh, masih banyak sampah dan debu begini. Kalau menyapu lantai harus sampai sudut dan bawah seperti ini. Supaya tidak ada binatang, lipas, atau malah tikus bersarang!”. Jika sedang di halaman rumah dan saya ada didekatnya, omelan lain akan mendarat di telinga saya. “Muslim itu rumahnya harus bersih, halamannya juga bersih. Jangan suka sembarangan buang sampah. Ini juga biji-biji durian, nangka, cempedak, kelapa, jangan sembarang buang. Lihat, mereka tumbuhnya pun sembarangan!” Tangannya cekatan mencabut tunas-tunas yang terlalu banyak tumbuh di sekitar rumah.
“Ma, jadi ingat Uan ya. Kalau masih ada, pasti rumah ini bersih. Ga ada lipas atau tikus yang mau lalu lalang di dapur ini. Kalau melihat kondisi begini, pasti juga sudah sibuk mengomel.” Kalimatku pada Mama ketika akan membenahi dapur yang akhir-akhir ini kerap didatangi tikus. Aku teringat pula dulu, Mama pun tak jauh berbeda dengan Uan. Hampir setiap hari saya diomeli, karena dianggap malas dan lamban. Padahal, menurut saya (waktu itu) Mama punya standar terlalu tinggi. Masa iya, kamar mandi dan toilet harus dibersihkan setiap hari. Pekerjaan lain juga tetap saya kerjakan, saat sudah mood biasanya. Tapi kini, di rumah ini saya membersihkan kamar mandi setiap hari, mengomeli keponakan yang bikin rumah berantakan atau lama membantu saya beres-beres rumah. Saya merasa mulai bertingkah seperti Mama dulu. Saya pula yang sibuk membersihkan rumah dengan cara yang diajarkan oleh Uan.
Saya tiba-tiba menyadari sesuatu. Omelan Mama dan Uan, sejatinya adalah cara keduanya mengajari saya. Yang karena berulang sampai bertahun-tahun lamanya, pelajaran itu seolah mendarah daging. Seakan suara Uan dan Mama di kala itu tersimpan dengan baik dan siap diputar ulang kapanpun diperlukan. Seperti hari ini ketika saya melihat kondisi rumah setelah bertahun-tahun. Saya gregetan ingin segera membersihkan dan merapikan. Rasanya aneh dan luar biasa, sesuatu yang dulu saya anggap sangat menyebalkan, ternyata kini saya kerjakan. Menjadi salah satu pelajaran praktis (terkait membersihkan rumah) buat saya. Saya berpikir, jangan-jangan ada banyak hal lain dalam hidup saya yang seperti ini. Bahwa saya perlu melewati dan mengalami berbagai pengalaman menyakitkan, tidak menyenangkan, bahkan menyebalkan, untuk kemudian menyadari bahwa itu adalah pelajaran berharga bagi kehidupan.
Well, semua terjadi karena alasan kan?
#MyFabulous30
#Day9
Thursday, July 13, 2017
Memilih Sikap dan Perasaan
Being single doesn't affect the woman's mind or body. The woman's attitudes towards and feelings about being single might.
![]() |
Sumber Gambar Klik di sini |
Appreciate the good things you already have in your life — especially the freedom. Ask yourself what joys you’re putting off by waiting until marriage. (Michelle Cove in Seeking Happily Ever After: Navigating the Ups and Downs of Being Single Without Losing Your Mind (and Finding Lasting Love Along the Way).
#myFabulous30
#FabulousMind
#Day8
#Squad8
#30DWCJilid7
About me
‘A city is more than a place in space, it is a drama in time'
Follow Me On Instagram
My Blog Posts
-
▼
2017
(61)
-
►
Jul
(26)
- Kipas Angin
- Discover Myself (again)
- Menghemat Air ala Mama
- Januari
- Warna-warni Hari Ini
- 5 Hal yang Saya Pelajari dari Anak-anak
- Aku Rindu!
- Ingin kutuliskan
- Tentangmu, di Toko Roti
- Rahasia Bahagia
- Perjalanan Menuju Senja
- Just Give up!
- Be Loving and Caring Person, hey Me!
- Discover Yourself
- Writing is Sharing
- Senjamu
- Telegram diblokir?
- Apa yang Saya Pelajari Saat Kembali ke Rumah
- Memilih Sikap dan Perasaan
-
►
Jul
(26)
Rekomendasi
-
Pernahkah merasa, bahwa kehidupan pada dasarnya adalah kesendirian? Bagiku seperti sendiri, di tengah keramaian. Ada banyak orang lalu lala...
-
"Why isn't she married? She's turning 30 today." Kataku pada bayangan di depan cermin ini. Waktu rasanya melesat cepat...
-
Selamat pagi duhai jiwa Yang semangatnya membara Seperti nyala mentari pagi Yang membungkus kota Menerangkan jiwa Aku berdiri di te...
-
Kuching, merupakan ibukota Sarawak, salah satu negara bagian di Malaysia Timur (semacam ibukota Provinsi kalau di Indonesia). Negara bagian...
-
Petualangan saya di Kota Ketapang sebetulnya sudah berakhir, dan dimulai sejak bulan Juni 2013 silam. Tapi, rasanya baru sekarang mendapatk...
Komentar
Kategori Pilihan
- 30DaysWritingChallenge 57
- cerita 27
- refleksi 25
- Fabulous 30 24
- motivation 18
- miscellaneous 17
- Syair 14
- perempuan 13
- cerita lajang 9
- Puisi 8
- book review 8
- tips 7
- my books 6
- Fiksi 4
- parenting 4
- Perencanaan Wilayah dan Kota 3
BOOKS
Nur Astri's books





